A. Latar
Belakang
Bala Keselamatan
didirikan pada tahun 1865 di London, Inggris, oleh William Booth, seorang
pendeta Protestan dari Gereja Methodis. Booth adalah seorang penginjil yang
ingin menawarkan bantuan praktis untuk menolong orang miskin dan melarat dan
mengkotbahkan Injil kepada mereka.Pada mulanya organisasi ini bernama “The
Christian Mission” (Misi Kristen) yang bertujuan mengupayakan bantuan
kesejahteraan sosial pada penduduk yang tinggal di perkampungan-perkampungan
kumuh dan membantu mereka terbebas dari gaya hidup berdosa seperti prostitusi,
judi dan mabuk-mabukan. Nama “The Christian Mission” kemudian dirubah menjadi
“Bala Keselamatan” (The Salvation Army) pada tahun 1878. Pangkat dan
gelar-gelar militer ditetapkan menurut tanggung-jawab mereka. Istrinya,
Catherine, merupakan salah satu pendirinya. Para “prajurit” berkotbah secara
terbuka di jalanan. Mereka sungguh-sungguh melayani masyarakat untuk kemuliaan
nama Tuhan Yesus.
Letnan Eliza Shirley
membuka pelayanan Bala Keselamatan di AS pada tahun 1880. Pada tahun 1880
dibangun kantor internasional Bala Keselamatan di kota New York. Misi mereka
adalah membawa Injil pengharapan dan keselamatan kepada kaum yatim, pelacur,
pecandu alkohol dan kaum buruh dengan memenuhi kebutuhan makanan dan perumahan.
Selama masa itu, Bala Keselamatan berekspansi dengan cepat di banyak negara.
Selama Perang Dunia I
dan II, Bala Keselamatan memberikan bantuan dan penghiburan fisik, emosi dan
rohani pada korban-korban perang. Mereka membangun 1000 kantin pada dua puluh
enam medan perang. Mereka membagi-bagikan 1000 paket donat per hari, memberi
dukungan moral, membacakan surat-surat dengan kuat kepada orang yang tidak bisa
membaca. Para sukarelawan mengadakan konser-konser musik dan
kebaktian-kebaktian gerejawi untuk para prajurit dan masyarakat. Sampai saat
ini, mereka terus menyediakan pelayanan kepada para veteran dan bantuan bencana
bagi yang membutuhkan.
Bala Keselamatan saat
ini aktif di 126 negara. Bala Keselamatan merupakan organisasi kemanusiaan Protestan
pertama yang berkarya secara professional dan massif di banyak negara dengan
menyediakan kebutuhan-kebutuhan fisik kaum miskin dan kaum marjinal.
Pelayanannya adalah model aksi sosial Kristen. Bala Keselamatan menjadi
inspirasi, model dan pelopor bagi aksi-aksi kemanusiaan Kristen Protestan di
seluruh dunia dalam mengupayakan bantuan kesejahteraan sosial. Walau menjadi
organisasi kemanusiaan Protestan yang terbesar di dunia, dan menjadi “jenderal”
dan pemimpin terbesar dalam aksi-aksi pelayanan sosial kemanusiaan Kristen,
Bala Keselamatan tidak pernah meninggalkan pelayanan, semangat, program dan
doktrin “Injili”nya.
Bala Keselamatan
ialah sebuah lembaga gereja yang berawal dari sebuah organisasi misi Kristen di
Kawasan London Timur. Organisasi ini pertama kali muncul pada tahun 1865, di
tengah masyarakat Inggris yang sedang mengalami krisis kemasyarakatan sebagai
dampak dari Revolusi Industri. Oleh karena itu, pada awal kemunculannya
organisasi ini tidak hanya berperan menyiarkan Injil dikalangan masyarakat
London Timur yang miskin, melainkan membantu mencarikan jalan keluar untuk
menolong mereka menghadapi setiap permasalahan hidup. Pengaruh dari situasi dan
kondisi tersebut menyebabkan organisasi misi penyiaran Injil ini memiliki
karakteristik unik dan bersifat khas Gereja Bala Keselamatan, yaitu pelayanan
sosial terhadap masyarakat tanpa membedakan latar belakang mereka.
Kenyataan
dari kuatnya perhatian Gereja Bala Keselamatan terhadap situasi dan kondisi
masyarakat luas, terlihat dari berbagai konsep pelayanan
sosial yang dikemukakan oleh pendiri Bala
Keselamatan, William Booth, dalam buku yang
dikarangnya “The Darkest England And The Way Out.” Ia menyatakan
bahwa perhatian terhadap kerohanian masyarakat yang sedang dilanda krisis
multidimensional harus disertai dengan perhatian terhadap berbagai kebutuhan
jasmani mereka (Encyclopaedia Britanica, t.t., volume 19: 912). Oleh
karena itu, jika penyiaran Injil tanpa disertai usaha mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari masyarakat yang kekurangan, usaha penyiaran itu akan menjadi
timpang (pincang), atau hanya sebatas teori belaka (Aritonang, 2003: 264-267).
Beberapa
konsep pelayanan sosial yang ia coba terapkan ialah: Pembentukan lembaga
bantuan hukum bagi kaum miskin, pembentukan tim rehabilitasi bagi para pecandu
alkohol, pendirian rumah singgah bagi narapidana yang baru bebas dari penjara,
pendirian tempat rehabilitasi para wanita tuna susila (selanjutnya disingkat
WTS), tempat penampungan bagi ibu-ibu terlantar (wanita yang hamil di luar
nikah), tempat penampungan (panti asuhan) bagi anak-anak jalanan,
pendirian panti jompo, pembentukan sistem penanggulangan masalah pengangguran,
dan pembentukan koloni (pemukiman) penduduk miskin (Booth, 1890: 90-285).
Sebelum
buku tersebut terbit tahun 1890, baru beberapa program penanggulangan masalah
sosial yang telah terealisasi, diantaranya ialah: tempat rehabilitasi bagi para
pecandu alkohol, tempat rehabilitasi bagi para WTS, tempat penampungan ibu-ibu
terlantar (wanita yang hamil diluar nikah), tim penolong narapidana yang baru
bebas dari penjara, pembuatan rumah singgah, dan penjualan makanan dengan harga
yang sangat murah supaya bisa dibeli oleh masyarakat yang tidak mampu (Encyclopaedia
Britanica, t.t., volume 3: 890).
Di
Indonesia pada masa Hindia Belanda, pelayanan sosial Bala Keselamatan mulai
dilakukan pada tahun 1901, ketika pemerintah mempercayakan penanganan korban
bencana gunung meletus dan banjir di daerah Jawa Tengah. Beberapa tahun
kemudian, berbagai jenis pelayanan sosial lainnya mulai dibentuk, seperti
didirikannya tempat perawatan para penderita kusta, rumah sakit, poliklinik,
panti asuhan, sekolah rakyat, dan berbagai pelayanan sosial lainnya
dalam waktu yang berbeda. Hal ini terlihat dari pernyataan Bala
Keselamatan Hindia Belanda dalam Majalah Kabar Selamat edisi Oktober 1904:
“Mengabarken
Indjil Keslametan, piaraken anak piatoe dan miskin, toeloeng djoega dan
mengobatti orang sakit, tjari pekerjaan voor orang jang tiada ada pentjarian,
kasi pengadjaran sama anak2, bikin baik orang jahat, melepasken orang
ketagian tjandoe atawa minoeman dari ranteinya iblis, menilik roemah sakit dan
orang tertoetoep dalem pendjara dan boei, menilik dan menghiboerkan orang
kesoesahan, pegang Militair Tehuis boeat orang soldadoe, d.l.l” (Kabar
Selamat edisi Oktober 1904).
Periode
1894-1942 dijadikan batasan temporal penelitian karena tahun 1894 merupakan
awal perintisan dan tahun 1942 kegiatan Bala Keselamatan harus terhenti seiring
dengan beralihnya pemerintahan secara mendadak dari Hindia Belanda kepada
Jepang.
Pelayanan Bala Keselamatan semakin berkembang terutam di Indonesia
B. Berdirinya Rumah Doa menjadi Pos Luar Tambun/ Sejarah
Hal ini diawali
sekitar tahun 2010 saat Myr.Hanny.Tuhumury menjabat selaku Opsir Pemimpin Korps
Bekasi dan kala itu bpk dr.Posma membeli
sebuah rumah untuk tempat tinggal dan agar didoakan oleh Myr.Hanny Tuhumury.
Pada
perbincangan kala itu tercetuslah bahwa rumah itu sudah bisa/cocok untuk dibuka
pos pelayanan Tambun (sebagai Rumah Doa)
sebab ada beberapa jemaat (OS) yang berdomisili di sekitar itu dan sudah
diadakannya kegiatan PA. Dan juga tidak pernah
dan tidak bisanya bpk.dr Posma sekeluarga untuk mengikuti
setiap ibadah kesucian di hari Minggu ke Korps Bekasi oleh karena jarak dan
tidak mendukungnya transportasi untuk semua anggota keluarga dalam beribadah.
Pada
sekitar bulan Maret 2015 ada salah satu kerabat bpk dr.Posma yang ingin
beribadah dan bergabung dimana keluarga bpk dr.Posma beribadah (Gereja Bala Keselamatan), yakni keluarga bapak Manulang namun oleh karena jarak tempuh dan waktu serta keterbatasan yang sama dengan keluarga bpk dr. Posmasama-sama tidak bisa beribadah ke Korps Bekasi maka
bpk dr.Posma lebih terpanggil dan terbeban lagi
untuk segera membuka pelayanan di rumahnya.
Beranjak dari situlah hal ini digumuli, didoakan oleh bpk dr.Posma agar di rumahnya bisa dilakukan ibadah (pelayanan seperti ibadah Minggu di gereja-gereja lainnya), Masa dimana agar kerinduan itu terealisasi, bpk dr.Posma melakukan lobi/komunikasi ke beberapa opsir lain diantaranya : Kapten Wiryo (kala itu OP Bekasi-menggantikan Myr. Tuhumury) lalu Letnan Angel Pankey (OP Bekasi-menggantikan Kapten Wiryo)
Sehingga pada tanggal 6 Juni 2015 dapat terlaksana ibadah pertama yang dipimpin oleh Letnan Angel Pankey yang pada tanggal tersebut kami nyatakan sebagai hari lahirnya pelayanan baru di wilayah Tambun dengan sebutan Rumah Doa Tambun.
Namun oleh karena masa dinas beliau (Letnan Angel Pangkey) memimpin di Korps Bekasi dipindah tugaskan maka kemudian kami berkoordinasi dengan Opsir Pemimpin baru Korps Bekasi yakni Mayor Johannes Panny agar ibadah ini tetap berjalan dan tetap dilayani.
Beranjak dari situlah hal ini digumuli, didoakan oleh bpk dr.Posma agar di rumahnya bisa dilakukan ibadah (pelayanan seperti ibadah Minggu di gereja-gereja lainnya), Masa dimana agar kerinduan itu terealisasi, bpk dr.Posma melakukan lobi/komunikasi ke beberapa opsir lain diantaranya : Kapten Wiryo (kala itu OP Bekasi-menggantikan Myr. Tuhumury) lalu Letnan Angel Pankey (OP Bekasi-menggantikan Kapten Wiryo)
Sehingga pada tanggal 6 Juni 2015 dapat terlaksana ibadah pertama yang dipimpin oleh Letnan Angel Pankey yang pada tanggal tersebut kami nyatakan sebagai hari lahirnya pelayanan baru di wilayah Tambun dengan sebutan Rumah Doa Tambun.
Namun oleh karena masa dinas beliau (Letnan Angel Pangkey) memimpin di Korps Bekasi dipindah tugaskan maka kemudian kami berkoordinasi dengan Opsir Pemimpin baru Korps Bekasi yakni Mayor Johannes Panny agar ibadah ini tetap berjalan dan tetap dilayani.
Oleh karena terbenturnya sumber daya manusia (Opsir setempat) dan pengaturan Jadwal/Jam ibadah di Tambun dan Bekasi terjadi benturan sehingga pelayanan di Rumah Doa Tambun tidak bisa dilayani oleh Korps Bekasi sehingga pelayanan/ibadah yang ada berjalan dan dikelola oleh pengurus setempat (yang sebahagian adalah opsir setempat Korps Bekasi) yang dengan kerelaan dan keterpanggilannya mau melakukan pelayanan/ibadah di Rumah Doa Tambun.
Berbagai
cara sudah dilakukan, rapat beberapa kali dengan opsir setempat (Korps
Bekasi), kemudaian rapat tingkat Divisi serta tingkat Kantor
Pusat untuk membicarakan masalah Pos Pelayanan ini namun terbentur
dengan sumber daya manusia yang kurang
di korps Bekasi untuk dapat melayani di
Tambun sebab kami mengharapkan ibadah dilakukan pada pagi hari yakni
pukul 10:00WIB.
Oleh karena tidak ada kelanjutan dari hal penanganan Pelayanan di Rumah DoaTambun, maka dengan pergumulan dan kesepakatan semua jemaat beserta pengurus pelayanan Rumah Doa Tambun tetap menjalankan kegiatan demi kegiatan ibadah dengan pengaturan pengurus setempat. Pada tanggal 25 Agustus 2015 melayangkan surat proposal permohonan pelayanan Rumah Doa Tambun di bawah koordinasi Divisi Jawa_Bali Mayor P.Ngkale namun belum juga mendapatkan respon.
Oleh karena tidak ada kelanjutan dari hal penanganan Pelayanan di Rumah DoaTambun, maka dengan pergumulan dan kesepakatan semua jemaat beserta pengurus pelayanan Rumah Doa Tambun tetap menjalankan kegiatan demi kegiatan ibadah dengan pengaturan pengurus setempat. Pada tanggal 25 Agustus 2015 melayangkan surat proposal permohonan pelayanan Rumah Doa Tambun di bawah koordinasi Divisi Jawa_Bali Mayor P.Ngkale namun belum juga mendapatkan respon.
Puji Tuhan, lewat surat
Komandan Teritorial Indonesia Komisioner Peter Walker pada tanggal : 11
November 2016 memutuskan bahwa Rumah Doa Tambun berada di bawah pengawasan dan naungan Korps Jelambar dengan OP Kapten William Tjondrosiswoyo
(Kapten William Tjondro, kala itu masih berpangkat kapten)
Selanjutnya kembali kami bersyukur oleh karena Tuhan terus menjawab doa serta pergumulan jemaat Tambun dengan diterimanya Surat Keputusan Komandan Teritorial Bala Keselamatan di Indonesia No:047/SBPT-CS/PP-PL/VII/2017 Tentang Perubahan Status Pos Pelayanan Menjadi Pos Luar tertanggal 26 Juli 2017.
Dengan keluarnya SK tersebut maka Pos Luar Tambun akan tetap melaksanakan ibadah dan kegiatan gerejawi di bawah institusi Gereja Bala Keselamatan.
Selanjutnya kembali kami bersyukur oleh karena Tuhan terus menjawab doa serta pergumulan jemaat Tambun dengan diterimanya Surat Keputusan Komandan Teritorial Bala Keselamatan di Indonesia No:047/SBPT-CS/PP-PL/VII/2017 Tentang Perubahan Status Pos Pelayanan Menjadi Pos Luar tertanggal 26 Juli 2017.
Dengan keluarnya SK tersebut maka Pos Luar Tambun akan tetap melaksanakan ibadah dan kegiatan gerejawi di bawah institusi Gereja Bala Keselamatan.
C. Rumah Doa menjadi Pos Luar Tambun
1. Dimulai oleh keluarga
a. Bapak. Dokter Posma Hutabarat
b. Bapak Ferry Girsang
c. Bapak. Mudahan Laia
Setelah berjalan 2 Minggu Rumah doa maka datang saudara/i
a. Yatta dan Nurhayati
Saudara Yatta sebelumnya tidak pernah mendengarkan bahwa bapak Posma telah membuka Rumah Doa dirumahnya oleh keluarga diatas, berhubung dengan saya telpon bapak Mayor Hanny Tuhumury mengatakan kepada saya gereja dimana sekarang?, saya mengatakan saya gereja ditempat lain, saat itu juga mengatkan bapak Posma bersama keluarga diatas telah membuka rumah doa di tempat bapak Posma, dengan mendengarkan bahwa kabar tersebut saya datang dan bergabung ibadah pada tanggal 21 Juni 2015.
Setelah berjalan selama 1 Bulan makan bergabung dengan keluarga
a. Bapak Henky Usmany
Tidak lama kemudian maka bertambah jemaat dengan bergabung keluarga
a. Ibu saidar Gula
setelah berkembang maka jemaat lainnya datang dan semakin bertambah dengan mendengarkan bahwa telah dibuka Pelayanan di tempat Bapak Dokter Posma Hutabarat bersama keluarga diatas maka dibentuklah jadwal ibadah sebagai berikut
Ibadah/Kegiatan
1. Ibadah Sekolah Minggu
Minggu Pukul : 08 :00 s/d 09:00 WIB
2. Ibadah Kesucian
Minggu Pukul : 09: 00 s/d 11:00 WIB
3. Ibadah Persekutuan Kaum Pria (PKP)
Sabtu Pukul : 17:00 s/d 18:30 WIB
4. Ibadah Persekutuan Kaum Wanita (PKW)
Sabtu Pukul : 17:00 s/d 18:30 WIB
5. Ibadah GPS
Sabtu Pukul : 16:00 s/d 17:30 WIB
6. Latihan Musik Brassband
Sabtu Pukul : 19 :00 s/d 21:00 WIB
Pelayanan Diakonia
1. Diakonia Kesehatan, Setiap hari Minggu
2. Diakonia
STATISTIK
Komentar
Posting Komentar